Tangis
Rasulullah SAW di Malam Perang Badar
“Jibril
telah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata kepada
beliau,”Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar
ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Mereka adalah orang
muslim terbaik.” Maka, Jibril berkata, “Begitu pula dengan malaikat yang ikut
serta dalam perang Badar ini. Mereka termasuk muslim terbaik.”
DETIK-detik Perang Badar. Diketahui
jumlah kekuatan kaum muslimin saat perang tersebut hanya sekitar 313 sampai 317
orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang,
dan kalangan Khazraj 170 orang. Mereka berjalan dengan hanya membawa 2 kuda
dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam
mengendarai satu unta.
Sangat berbeda jauh dengan jumlah
yang di miliki oleh kaum kafir Qurais, Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka
membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang
sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.
Sa’ad ibnu Muadz-pembawa bendera Anshar-pun saat itu angkat suara.
Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, “Demi Allah, Kami telah beriman
kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa
ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu
mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu
‘alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah
mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut
itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan
mengikutimu.
“Sungguh, tidak akan ada satu pun
tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang
engkau mempertemukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya,
kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan
pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang
dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah
Allah.”
Ibnu Katsir rahimahullah
menggambarkan keadaan Nabi saw pada malam perang badar. “Pada waktu malam
perang badar , Rasulullah saw melakukan shalat di dekat sebatang pohon. Dalam
sujudnya beliau memperbanyak, ‘Ya Hayuu, Ya Qayum.’ Beliau mengulang-ngulangi
ucapan itu , dan menekuni sholat tahajud sambil menangis dan berdoa terus
menerus sampai pagi, dalam doanya Beliau berkata; ‘Ya Allah aku mengingatkan-Mu
akan janji-Mu, Ya Allah jangan Engkau meninggalkanku, Ya Allah jangan Engkau
membiarkanku, Ya Allah jangan Engkau menyianyiakanku. Ya Allah ini adalah orang
Qurais, mereka telah datang dengan kesombongan mereka. Mereka telah menentang
dan menuduh bohong utusan-Mu. Ya Allah mana pertolongan-Mu yang Engkau
janjikan.’ Beliau berdoa hingga jubahnya terjatuh.
“Datanglah Abu Bakar sahabat yang
selalu menemaninya dikala suka dan duka, Sahabat yang menemani Rasulullah
ketika di kejar bala tentara musuh di gua Tsur. Sahabat yang memiliki hati yang
begitu lembut, dengan air mata yang menetes ia mengambil jubah Rasulullah saw
yang terjatuh kemudian mengembalikan ke pundaknya dan Beliau mengikuti di belakang
Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Nabi Allah cukup bagimu mengingatkan
Tuhanmu akan janji-Nya. Karena Ia akan memberikan kepadamu apa yang Ia
janjikan. Maka Allah swt menurunkan firman-Nya,” Agar Allah swt menetapkan yang
hak ( Islam ) dan membatalkan yang batil ( syirik ) walaupun orang-orang yang
berdosa itu tidak menyukainya.” ( QS; Al-Anfal : 9 ). Allah pun menolongnya
dengan mengirim malaikat-Nya dalam perang Badar.” [harapan diri]
Pertempuran Badar
Pertempuran Badar
|
|
|
Tanggal
|
17 Maret 624 M/17 Ramadan 2 H
|
Lokasi
|
|
Hasil
|
Kemenangan Muslim
|
|
Pihak yang terlibat
|
|
|
Komandan
|
|
|
Kekuatan
|
300-350
|
<900-1000
|
Korban
|
14 tewas
|
50-70 tewas
43-70 tertawan
|
Pertempuran Badar (bahasa Arab:
غزوة بدر, ghazawāt badr), adalah pertempuran besar
pertama antara umat Islam
melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2
Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur
menghadapi pasukan Quraisy[1]
dari Mekkah yang
berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan
Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur
dalam kekacauan.
Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk
Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara
akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama
semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran
skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu. Muhammad saat itu
sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy
yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang
jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju
terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan
pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy,
antara lain ialah Abu Jahal alias Amr
bin Hisyam.
Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini
sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya
berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan
salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah.
Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa
suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas
Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang
sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan
membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi
agama Islam pun dimulai.
Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar
menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar
setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.
Sejarah Perang Badar, menurut
riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama 314 orang sahabatnya pada suatu
malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi
secara bergantian oleh dua atau tiga orang. Kaum muslimin
tidak mengetahui keberangkatan bala bantuan Quraisy yang keluar dari Mekah
dengan tujuan perang. Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos menyusuri mata air
Badar dengan melewati jalanan panjang menuju Mekah.
Rasulullah SAW beserta para sahabat berjalan menuju Badar dan langsung
mengambil posisi yang menguntungkan. Setelah orang-orang musyrik muncul dan
kedua pihak saling melihat, beliau berdiri memohon pertolongan kepada Allah,
diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan rendah diri di hadapanNya.
Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin
untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan kemenangan yang tak akan lama lagi
diraih. Beliau juga mengabarkan, bahwa Allah menjanjikan masuk surga, bagi
siapapun yang syahid di jalanNya.
Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa terus
memperbanyak doa, dengan penuh ketundukan dan khusyu’, sehingga Abu Bakar iba
melihat beliau seraya berkata “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di
tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janjiNya
kepadaMu.” Salah satu dari doa beliau, “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy
yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya
Allah, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah,
kalahkan mereka esok hari…”
Pertempuran dimuali pada pagi hari tahun kedua hujriyah. Rasulullah mengambil
seganggam krikil dan melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata,
“Hancurlah wajah-wajah mereka!” sehingga menimpa mata semua pasukan Quraisy.
Allah pun mendukung kaum mukmin dengan bala bantuan berupa Malaikat. Akhirnya,
kemenangan besar diraih kaum muslimin. Ada 70 musyrikin yang terbunuh dan 70
orang yang tertawan, sedangkan ada 14 orang dari kaum mukminin yang mengapai
syahid.
Bentuk Pertolongan Allah Dalam Perang Badar
Sesungguhnya betapa banyak dan besarnya pertolongan yang Allah berikan bagi
pasukan Rasulullah Saw. dalam perang Badar. Betapa janji Allah selalu benar,
bahwa Allah Swt. pasti akan menolong hambaNya yang menolong agamaNya. Sejarah
telah mencatat rahmat Allah yang menyertai orang-orang yang beriman. Kemenangan
sejati selalu ada ketika ia bersandingan dengan iman. Berikut adalah beberapa
hal yang menyokong kemenangan yang diraih kaum muslimin.
Sejarah telah mencatat rahmat Allah
yang menyertai orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia
bersandingan dengan iman
1.
Pasukan Malaikat
Abdullah bin Abbas meriwayatkan
bahwa ketika seorang sahabat mengejar dengan gigih seorang musyrik yang ada di
depannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang
menghentakkan kudanya. Lalu sahabta tersebut melihat orang musyrik itu jatuh
tewas terkapar dengan keadaan hidung dan wajahnya terluka berat akibat pukulan
keras. Hal tersebut ia ceritaka kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Kau
benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” (H.R.Bukhari dan
Muslim)
Kemenangan pada perang Badar menjadi pesta di kalangan para malaikat karena
peristiwa ini adalah pertama kalinya mereka diizinkan terjun ke gelanggang
perang di bawah komando Jibril dengan seribu pasukan malaikat pilihan.
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepadamu bala bantuan dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut.” (Q.S.An Anfal:9)
Para Malaikat yang terlibat dalam Perang Badar memiliki kemuliaan di antara
semua malaikat. Rafi’ah bin Rafi’ Az Zarqi mengatakan, “Jibril berkata kepada
Nabi SAW dan berkata: Bagaimana kalian menganggap veteran Badar di antara
kalian? Rasulullah manjawab: Termasuk muslimin yang paling mulia. Jibril
berkata: demikian pula malaikat yang mengikuti perang Badar.”
2. Allah Meneguhkan Hati
“Dan Allah tidak menjadikan (bantuan bala tentara malaikat itu) melainkan
sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan
itu hanya dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Maha Perkasa. (Q.S.Al
Anfal:10)
3.
Rasa Kantuk dan Turunnya Hujan
“Sesungguhnya Allah manjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk membersihkanmu. Karena
dengan air hujan itu, Allah Swt. menghilangkan gangguan syetan darimu dan
menguatkan hatimu serta memperteguh kedudukanmu.” (Q.S.Al Anfal:11)
Rasa kantuk yang melanda para mujahid Badar merupakan salah satu nikmat.
Mengapa demikian? Karena situasi perang tidak kondusif untuk tidur, guna
mengembalikan energi, maka rasa kantuk menjadi suatu terapi dari suasana yang
tegang dan mencekam. Karena malam hari bagi kaum musyrikin adalah untuk
bersenang-senang, sementara kaum mslimin dikaruniakan rasa kantuk sebagai
rangsangan tidur untuk memulihkan kembali tenaga.
Saat itu pun turun hujan baik di tempat kaum muslim maupun kafir. Hal ini
berdampak nikmat bagi kaum muslim tetapi menjadi siksaan dan kendala bagi kaum
kafir. Contohnya, tanah kaum muslim menjadi padat dan tidak berdebu sehingga
menjadi kokoh diinjak dan tidak mengganggu pandangan. Hujan menjadi salah satu
bantuan dalam bentuk rahmat yang Allah Swt. turunkan kepada kaum mu’minin dalam
pertempuran Badar itu, selain jundun min jundillah atau tentara Allah,
sepertia para malaikat yang Allah turunkan untuk mengacaukan pasukan kaum
Musyrikin.
Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari, bahwa
masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang
sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan umat Islam memiliki kebebasan
menjalankan Syari’atnya di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir
beramai-ramai dari Kota Makkah. Dari itu, umat Islam pun mempersiapkan
segalanya.
Di Kota Madinah kaum Muslimin mempersiapkan diri dengan membangun kekuatan
dengan cara selalu berlatih berperang, agar mereka tidak lagi dilecehkan
orang-orang musyrik dan juga kabilah-kabila Yahudi. Sadar akan kekuatan Islam
yang selama ini tersebunyi. Hal ini menggetarkan musuh, sehingga musuh tidak
menyerang umat Islam di Kota Madinah. Bahkan dengan kekuatan yang dimiliki kaum
muslimin ini, masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama
ini lari dari tekanan dan penindasannya, bukan lagi pada posisi yang lemah dan
hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat, dan
mampu menggetarkan mereka. Dari itu pasukun Rasululah patut
diperhitungkan.
Latihan dan Persiapan Berkala
Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk
melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah
sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan. Beberapa tugas yang
pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:
1. Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib. Mereka
sebanyak 30 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin. Pasukan ini
ditugaskan berpatroli mengawasi wilayah dari penyelusupan kaum Musyrikin,
hingga meliwati daerah Al-‘Iish di tepi laut.
2. Pasukan yang dipimpin oleh ‘Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60
orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.
3. Pasukan yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, dengan kekuatan
pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang
menghubungkan Makkah dan Madinah.
4. Perang Wuddan. Pasukan yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah saw.
berjumlah 200 orang penunggang kuda, onta dan pejalan kaki, berjalan
memantau wilayah kekuasaan hingga daerah Wuddan. Dalam menjalankan tugas
pengawasan wilayah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah terjadi Peperangan
Wudan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani
Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi
dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan
antara Kota Makkah dan Madinah.
5. Perang ‘Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan
sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah
saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin
di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan
kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di
antara Kota Makkah dan Madinah.
6. Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak
200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw.
Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa ke
jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk
menekan kegiatan perdagangan mereka.
7. Pasukan di bawah pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy. Pengintaian
berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu, ‘Abdullah
membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk tidak membuka
surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan. Ketika
surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, ”Jika engkau telah membaca
surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma
yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang
Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.” Abdullah segera berangkat hingga
akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan
langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang
musyrikin yang tewas antara lain ‘Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin
berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin, namun yang keempat berhasil
melarikan diri.
8. Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para
sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama
setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan
Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang pengembalaan
hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik
kaum muslimin. Rasulullah Saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor
tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang
sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah
Saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar.
Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka
pun harus kembali tanpa ada peperangan.
Latar Belakang Perang Badar Kubra
Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu
oleh beberapa sebab, di antaranya:
1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah
Genderang perang terhadap kaum muslimin, sebenarnya sudah ditabuh oleh
orang-orang musyrikin sejak Rasulullah Saw. menyampaikan risalah dakwah. Mereka
telah melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimian dan merampas harta benda
para sahabat nabi di kota Makkah. Perlakukan mereka terhadap orang-orang
Muhajirintidak lagi mengenal prikemanusiaan. Mereka rampas rumah dan kekayaan
kaum Muhajirin. Orang Islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan
Allah Swt. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas
dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalannya, Shuhaib diizinkan untuk
berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki
rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya. Dan
kejadian 15 abad yang lalu tak ubahnya seperti yang sedang mereka lakukan di
Palestina, Afganistan, Irak dan negara-negara Islam lainnya.
2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah
Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam, ternyata tidak hanya
ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab
Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror,
dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah
(sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah
sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan
dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar,
bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke
tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki
pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan,
menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang
berhati durjana tidak menyukainya.
3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy
Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy
yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan ‘Amr bin Al-‘Ash bersama 40 orang
bergerak dari Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya
mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk
bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, ”Ini adalah perdagangan
Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada
kalian.” Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara
yang lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu
Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena
beliau mengatakan, ”Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka
hendaklah ia ikut bersama kami.” Beliau tidak menunggu sahabat yang
tunggangannya tidak ada pada saat itu.
Hasil Perang Badar
Perang Badar (dengan seluruh hasil yang ia torehkan bagi sejarah harakah
Islamiah maupun sejarah umat manusia seluruhnya) telah menjadi sebuah pelajaran
yang sangat jelas sekali bagi harakah Islamiah maupun bagi perjalanan sejarah
ke depan. Allah swt. menyebut hari itu dengan nama “yaumul furqan yaum iltaqa
al-jam’an” atau hari pembeda, hari dimana dua kekuatan bertemu. Peperangan ini
sendiri memberikan beberapa buah hasil penting antara lain:
1. Perang Badar merupakan pembatas di antara dua ikatan dan
menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kekuatan umat Islam semakin
kuat sehingga dataran Arab pun turut memperhitungkannya. Kebenaran muncul di
permukaan dengan rambu-rambu akidah dan prinsip-prinsip dasar yang dibawanya.
2. Tergoncangnya kedudukan Quraisy di mata orang Arab serta
kegalauan penduduk Makkah di hadapan tamparan yang tak diduga tersebut.
3. Tampilnya umat Islam sebagai sebuah kekuatan yang
memiliki arti dan pengaruh. Hal ini menyebabkan banyak kabilah yang tinggal di
sepanjang jalur Makkah dan Syam membuat perjanjian kesepakatan dengan mereka.
Dengan demikian kaum muslimin sudah berhasil menguasai jalur tersebut.
4. Sebelum Perang Badar meletus, kaum muslimin
mengkhawatirkan keberadaan orang-orang non muslim yang tinggal di kota Madinah.
Namun setelah mereka kembali ternyata kenyataannya justru sebaliknya.
5. Semakin bertambahnya kebencian orang-orang Yahudi terhadap
umat Islam. Sebagian mereka mulai menunjukkan permusuhannya secara
terang-terangan. Sementara yang lainnya menjadi agen yang membawa berita
seputar perihal kaum muslimin kepada orang-orang Quraisy serta memprovokasi
mereka untuk menyerang umat Islam.
6. Aktivitas perdagangan Quraisy menjadi semakin sempit.
Akhirnya mereka terpaksa menapaki jalur Irak melalui Najd karena takut apabila
dikuasai oleh orang-orang islam. Dan jalur ini merupakan jalur yang panjang.
7. Pada Perang Badar, 14 orang dari kalangan umat Islam gugur
sebagai syuhada; 6 orang dari kalangan Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar.
Sementara dari pihak orang musyrikin tewas sebanyak 70 orang dan 70 orang lagi
berhasil ditawan. Kebanyakan dari mereka adalah pemuka dan pembesar Quraisy.
Muroji’
1. Tafsir Al Munir Fi al Aqiidati Wa syari’ati wa minhaji
2. Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam,
3. .Ar-Raudh al Anf ; 2/32-38
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2013/12/22/1086/peristiwa-pertolongan-allah-pada-perang-badar/#sthash.pDs1MF9D.dpuf
Rabu, 31 Juli 2013, 22:26 WIB
Kemenangan Badar, Saat 5.000
Malaikat Turun ke Bumi
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)
Badar adalah nama sebuah lembah yang terletak di antara
Makkah dan Madinah. Lembah ini diapit oleh dua bukit, yaitu di timur bukitnya
bernama 'Udwah al Qushwa' dan di barat bukitnya bernama 'Udwah ad Dunya'.
Di sisi selatan, Lembah Badar dibatasi oleh bukit bernama
bukit 'al-Asfal'. Sejak masa sebelum Islam, lembah tersebut sudah menjadi jalur
yang banyak dilintasi kafilah-kafilah dagang asal Makkah atau Yaman yang hendak
berniaga ke Syam (Suriah dan Lebanon).
Tanahnya yang subur karena memiliki campuran pasir dan
tanah dengan beberapa mata air di lembah tersebut membuat para kafilah bisa
singgah beristirahat di lembah ini dengan nyaman.
Saat ini, lembah badar menjadi salah satu kota yang berada
di wilayah Provinsi Madinah dengan nama lengkap Kota Badar Hunain. Jarak kota
ini dari Kota Madinah mencapai sekitar 130 km.
Meski demikian, sebagian wilayah lembah yang pernah menjadi
lokasi pertempuran besar, yakni Perang Badar al Qubro, masih dibiarkan menjadi
padang terbuka.
Bahkan, pada satu lokasi di lembah tersebut, terdapat
bangunan tembok menyerupai benteng yang mengelilingi areal cukup luas. Lokasi
itu diperkirakan menjadi tempat pertempuran sekaligus tempat dimakamkannya para
syuhada yang gugur dalam Perang Badar.
Lembah Badar memang menjadi sangat dikenal dalam sejarah
Islam. Tempat ini menjadi saksi suatu peristiwa besar yang menjadi tonggak
sejarah tatkala pertempuran besar antara umat Islam dari Madinah dan kaum
musyrikin dari Makkah terjadi.
Pertempuran besar di lembah Badar tersebut terjadi pada 17
Ramadhan 2 Hijriyah atau 17 Maret 624 M. Perang yang juga sering disebut-sebut
sebagai perang akidah ini memberikan kemenangan besar bagi kaum Muslimin.
Sebelum Perang Badar terjadi, kaum Muslim Madinah dan penduduk
Makkah sebenarnya sudah beberapa kali terlibat konflik bersenjata skala kecil.
Ketegangan antara kelompok masyarakat di Makkah dan Madinah ini terjadi akibat
serangan umat Islam di Madinah pada rombongan dagang kaum Quraisy.
Umat Islam Madinah yang sebelumnya berasal dari kaum
Quraisy Makkah berpendapat, penyerangan terhadap rombongan dagang dari Makkah
sah dilakukan. Pasalnya, kaum Quraisy Makkah telah mengusir dan menjarah
barang-barang yang mereka tinggalkan di Makkah.
Pada akhir tahun 623 Masehi, aksi penyerangan terhadap para
pedagang Makkah ini makin sering dilakukan. Puncaknya, terjadi menjelang
pertempuran Badar. Saat itu, umat Islam Madinah mendengar kabar mengenai
rencana kedatangan kafilah dagang kaum Quraisy dari Syam, yang berada di bawah
perlindungan pasukan Abu Sufyan bin Harb.
Mendapat informasi tersebut, sahabat Rasulullah SAW,
Hamzah, meminta ijin untuk membalas perlakuan orang kafir Quraisy. Saat itulah,
turun ayat 39-40 Surah Al Hajj yang memberikan ijin pada kaum Muslimin untuk berperang
jika mereka dizalimi.
Mendapat wahyu ini, Rasulullah pun memimpin sendiri
pasukannya untuk melakukan pengadangan. Dengan pasukan yang terdiri atas 313
orang dan 2 ekor unta, mereka menuju suatu tempat bernama Shafra ( di luar Kota
Madinah).
Upaya pencegatan pasukan Muslimin ini tercium oleh Abu
Sufyan, sehingga dia mengambil rute kembali ke Makkah dengan melalu jalur tepi
laut. Sementara, kaum musyrikin Quraisy yang mendapat kabar rombongan Abu
Sufyan dihadang pasukah Rasulullah mengirimkan bantuan dengan mengirim 1.000
orang. Pasukan ini dipimpin oleh Abu Jahal.
Rasulullah SAW dan para saha bat yang mendapat kabar Abu
Sufyan sudah sampai Makkah dan kaum Quraisy mengirimkan pasukan, tidak
mengurungkan perjalanan. Tapi bertekad menghadapi pasukan yang dipimpin Abu
Jahal.
Keteguhan hati umat Islam untuk bertempur melawan pasukan
AbuJahal yang lebih besar ini lah yang berbuah kemenang Terkait pertempuran
ini, Allah ber firman.
"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan
Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu,
bertawakallah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingat lah), ketika
kamu mengatakan kepada orang Mukmin, Apakah tidak cukup bagi kamu Allah
membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? Ya
(cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu
dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat
yang memakai tanda. "
Sejarah Rasulullah s.a.w
Peperangan
Badar
Muqaddimah:
Setelah hijrahnya Rasulullah dari
Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabatnya dan diterima baik oleh
orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan diterima oleh
banyak kabilah-kabilah arab. Kekuatan
dan ekonomi Madinah telah menjadi kukuh.
Orang-orang arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini.
Perang Badar merupakan perang
pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia merupakan isyarat betapa
mulianya umat Islam yang berpegang teguh pada tali agama Allah. Kemenangan besar kaum muslimin tidak terletak
pada jumlah tentara yang ikut serta tetapi terkandung dalam kekuatan iman yang
tertanam disanubari mereka. Dengan
Keyakinan mereka pada Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan
bantuan ibarat air yang mengalir menuju lembah yang curam. Tidak
ada sesiapa yang dapat menahan betapa besarnya pertolongan Allah
terhadap umat yang senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Sejarah :
Serangan yang dilakukan oleh
Abdullah Ibn Jahshin terhadap angkatan perdagangan kaum Quraisy pada bulan
Rejab yang diharamkan berperang telah dianggap oleh mereka sebagai tamparan dan
cabaran hebat kepada mereka. Kaum
Quraisy merasakan kematian Al-Hadhrami seharusnya dibela dan memusnahkan semua
pihak yang bersangkutan dengan pembunuhan itu.
Rasulullah sememangnya menyedari pihak Quraisy pasti akan menuntut
bela. Baginda telah membuat persediaan
yang lebih awal.
Pada bulan Ramadhan tahun 2
Hijriah, Rasulullah bersama 313 orang
tentera telah keluar dari Madinah untuk menyekat angkatan perdagangan kaum
Quraisy yang pulang dari negeri Syria (Syam) dalam usaha mereka hendak
melemahkan persiapan tentera Quraisy Makkah untuk menyerang Madinah.
Abu Sufyan yang mengetuai angkatan
perdagangan tersebut telah menyedari tindakan Rasulullah itu lalu beliau telah
menghantar utusannya yang bernama Dham Dham bin Amr Al-Ghifari meminta bantuan
dari Makkah.
Di Makkah pula, 3 hari sebelum Dham
Dham sampai, Atiqah Binte Abdul Muthalib telah bermimpi sesuatu yang sungguh
menakutkan. Atiqah telah bermimpi
melihat seorang musafir datang dengan mengendarai unta. Ia berdiri diatas tanah
lapang. Kemudian, lelaki tersebut berteriak dengan suara yang amat kuat.
“Ketahuilah wahai keluarga Ghudar,
berangkatlah kalian kepada tempat-tempat kematian kalian dalam masa 3 hari.”
Atiqah melihat manusia berkumpul
dekat musafir tersebut kemudian ia masuk dalam masjid diikuti orang ramai dan
berdiri ia diatas untanya didepan Ka’bah dan dilaungkan lagi perkataan yang
sama. Lelaki itu kemudian berdiri dihadapan Abu Qais dan diulangi ucapannya
buat kali ketiga. Musafir itu kemudian
mengambil batu besar dan melemparkannya.
Batu itu jatuh bergolek. Ketika
batu itu tiba dibawah gunung, ia pecah berkeping-keping. Tidak sebuah rumah pun
yang ada di Makkah terlepas dari dimasuki pecahan batu besar tersebut.
Mimpi Atiqah itu walaupun diminta
supaya dirahsiakan, telah tersebar luas di Kota Makkah hingga kepengetahuan Abu
Jahal. Tetapi Abu Jahal dengan sikap
bongkak dan sombongnya tidak memperdulikan mimpi itu malah diperlecehkan
olehnya.
Al-Abbas bin Abdul Muthalib, orang
pertama yang mengetahui tentang mimpi Atiqah telah mendengar saudaranya di ejek
oleh Abu Jahal. Beliau ingin
mempertahankan saudaranya lalu keluar untuk mencari Abu jahal. Pada ketika beliau terjumpa Abu Jahal, Dham
Dham, yaitu utusan dari Abu Sufyan telah sampai ke Makkah dengan membawa berita
Abu Sufyan meminta bantuan. Ketika itu
juga Makkah menjadi kecoh dengan berita ini.
Ramai pembesar-pembesar Quraisy merasa marah dengan tindakan
Muhammad. Mereka lalu mengumpulkan orang
untuk keluar membantu Abu Sufyan. Tidak
ada seorang lelaki pun yang ingin ketinggalan dalam peperangan ini. Ada diantara mereka yang tidak dapat ikut
tetapi mengutus orang suruhan mereka untuk ikut serta.
Sebelum berlaku peperangan di Badar,
Nabi Muhammad S.A.W telah mengutuskan Talhah Bin Ubaidullah dan Said bin Zaid
untuk mengumpul maklumat tentang kabilah Abu Sufyan. Mereka mengumpulkan maklumat ynag perlu dan
kembali ke Madinah untuk menyampaikan pada Rasul. Baginda bergerak bersama-sama para
pengikutnya. Baginda menuju ke Badar
tetapi terlebih dahulu Baginda mengutus Ali bin Abu Talib, Zubir bin Al-Awwam
dan Saad Bin Abi Waqqas bersama beberapa orang lain ke Badar mengumpulkan maklumat
terbaru tentang orang Quraisy serta musuh mereka. Maklumat yang diperolehi
daripada dua orang budak lelaki yang telah mendedahkan tentang tempat
persinggahan orang Quraisy. Apabila
Rasulullah bertanya berapa ekor binatang yang disembelih untuk makanan mereka
setiap hari, kanak-kanak itu menjawab 9 atau 10 eokr. Dengan kebijaksanaan Rasulullah, Beliau dapat
mengagak jumlah tentera musuh ada 900 hingga 1000 orang tentera.
Dengan maklumat yang diperolehi itu,
Rasulullah pada waktu itu merasa khawatir kalau-kalau nanti setelah kejadian
tenteranya bertempur dengan tentera Quraisy lalu dari tenteranya ada yang
mengundur diri. Nabi Muhammad S.A.W juga
ingat bahwa asal mulanya berangkat dari madinah adalah hendak mengejar
seperangkatan unta yang memuatkan perdagangan kaum Quraisy yang di ketuai oleh
Abu Sufyan, sedangkan mereka telah lepas jalan ke Makkah. Rasulullah bimbang jika ada diantara
tenteranya yang tidak suka bertempur dengan tentera Quraisy dan ada yang
berperasaan
Angkatan Unta yang dikejar telah
terlepas jalan. Pasukan tentera Quraisy begitu besar berlipat ganda. Alat
perang Quraisy lebih lengkap dan mereka serba kekurangan.
Dengan kebijaksanaan sebagai seorang
Nabi dan pesuruh Allah, maka Nabi Muhammad S.A.W mengadakan permusyawaratan
bersama pahlawan-pahlawan tenteranya meminta pendapat mereka. Pada mulanya,
mereka berkata bahwa mereka keluar hanya untuk perdagangan Quraisy dan bukan
untuk berperang. Ketika itu Rasulullah
amat merasa susah hati dan berubah wajahnya. Apabila Abu Bakar r.a melihat
keadaan ini, lalu beliau berkata:
“Ya Rasulullah, lebih baik kita
bertempur dengan musuh!”. Diikuti pula
dengan Umar r.a. Kemudian seorang
sahabat Miqdad Bin Al-Aswad lalu berdiri dan berkata :
“Ya Rasulullah, teruskanlah pada
barang apa yang Allah telah perintahkan pada Tuan! Maka kita serta Tuan. Demi Allah, kita tidak akan berkata kepada
Tuan seperti perkataan kaum Bani Israil kepada Nabi Musa pada zaman dahulu.
“Pergilah engkau bersama Tuhanmu, maka berperanglah engkau berdua. Kita sesungguhnya akan duduk termenung
saja.”. Akan tetapi berkata kita pada
Tuan sekarang “Pergilah Tuan bersama Tuhan Tuan! Dan berperanglah Tuan bersama
Tuhan Tuan. Kita sesungguhnya berserta
Tuan dan Tuhan Tuan. Kita ikut berperang. Demi Allah, jikalau Tuan berjalan dengan kita
sampai kedesa Barkul Ghamad, nescaya kita berjuang bersama Tuan daripada yang
lainnya. Kita akan berperang dari
sebelah kanan Tuan dan di antara hadapan Tuan dan belakang Tuan.
Ketika itu Rasulullah juga ingin
kepastian dari kaum Anshar. Melihat
keadaan itu, Sa’ad Bin Muaz lalu berdiri dan berkata dengan kata-kata yang
memberi keyakinan pada Rasulullah sama seperti kaum Muhajirin. Di ikuti pula oleh suara-suara pahlawan yang
lain.
Setelah mendengar kata-kata daripada
sahabat dan tenteranya yang sungguh meyakinkan, bercahayalah muka Nabi seraya
tertampak kegirangannya. Pada saat itu
juga Allah menurunkan wahyunya yang tercatat di Surah Al-Anfal ayat 5-7 yang
ertinya :
“Sebagai Tuhanmu(Muhammad)
mengeluarkan akan kamu dari rumhamu yang benar. Dan bahawasanya sebahagian dari
orang-orang yang beriman itu sungguh benci.
Mereka membantah kamu dalam urusan kebenaran (berperang) sesudah
terang-benderang, seolah-olah mereka digiring akan salah satu dari dua
(golongan Al’Ier dan golongan An Nafier), bahawasanya ia bagimu, dan kamu
mengharapkan yang tidak berkekuatan senjata adalah bagi kamu, dan Allah
berkehendak akan menyatakan kebenaran dengan semua sabdanya, dan memutuskan
kekalahan orang-orang yang tidak percaya”
(Al-Quran Surat Al-Anfal
Ayat 5-7)
Setelah itu, nabi S.A.W lalu
bersabda pada seluruh tenteranya:
“Berjalanlah kamu dan bergiranglah
kerana sesungguhnya Allah telah memberi janji kepadaku salah satu daripada dua
golongan (yaitu Al-Ier dan An-Nafier).
Demi Allah, sungguh aku seakan-akan sekarang ini melihat tempat
kebinasaan kaum Quraisy,”
Mendengar perintah Rasulullah S.A.W
yang sedemikian itu, segenap kaum muslimin memulakan perjalanan dengan tulus
ikhlas dan berangkatlah mereka menuju ketempat yang dituju oleh Nabi. Mereka
selalu ta’at dan patuh kepada perintah Nabi dengan melupakan segala sesuatu
yang menjadi kepentingan diri mereka sendiri.
Dipihak Quraisy pula ada beberapa
kocar kacir yang terjadi sehingga beberapa kaum yang berjalan berpatah balik ke
Makkah.
Rasulullah tidak henti-henti
memanjatkan do’a kepada Allah memohon pertolongan. Untuk menebalkan iman
tenteranya dan meneguhkan semangat barisannya, Rasulullah menghadapkan mukanya
kepada sekelian tenteranya sambil memohon kepada Allah yang ertinya :
“Ya Allah! Hamba memohon kepada
Engkau akan janji dan perjanjian Engkau.
Ya Allah! Jika Engkau berkehendak (mengalahkan pada hamba), tidak akan
Engkau disembah lagi.”
Diriwayatkan diwaktu itu, Nabi S.A.W
berulang-ulang memohon kepada Allah sehingga Abu Bakar r.a yang senantiasa
berada disisinya telah memegang selendang dan bahu Nabi sambil berkata bahwa
Tuhan akan meluluskan padanya apa yang telah Allah janjikan.
Selanjutnya, sebagai kebiasaan
bangsa Arab, sebelum berperang maka diantara pahlawan-pahlawannya lebih dulu
harus bertanding dan beradu kekuatan dengan pahlawan musuh. Dipihak kaum Quraisy, 3 pahlawan yang keluar
adalah 1. Utbah Bin Rabi’ah, 2. Syaibah Bin Rabi’ah dan 3. Walid Bin Utbah. Dan dari tentera Islam ialah 1. ‘Auf bin
Al-Harits, 2. Mu’adz bin Harts dan 3. Abdullah bin Rawahah. Mereka bertiga adalah dari kaum Anshar. Tetapi kerana kesombongan kaum Quraisy yang
merasakan bangsanya lebih baik, tidak mahu menerima kaum Anshar, malah meminta
Rasulullah mengeluarkan 3 orang pahlawan dari kaum Quraisy sendiri. Maka Rasulullah mengeluarkan 1. Hamzah Bin
Abdul Muthalib, 2. Ali Bin Abi Thalib dan 3. ‘Ubadah Bin Al-Harits. Mereka berenam beradu tenaga sehingga
akhirnya tentera Quraisy jatuh ketiga-tiganya dan tentera Islam hanya ‘Ubaidah
Bin Al-Harits yang syahid. Ini adalah
petanda bahwa kaum Quraisy akan tewas.
Setelah itu pertempuran terus
berlaku. Tentera Islam yang seramai 313
orang berlawan mati-matian untuk menewaskan tentera Quraisy. Rasulullah senantiasa mengamati gerak-geri
tentera Islam. Dengan sebentar waktu,
berpuluh-puluh tentera musyrikin menghembuskan nafasnya, melayang jiwanya
meninggalkan badannya bergelimpangan diatas tanah bermandikan darah. Tentera Islam senantiasa menyebut “Esa! Esa!
Esa!”.
Rasulullah pula tidak henti-henti
memanjatkan do’a pada Allah memohon kemenangan
tentera Islam. Ada seketika dengan tidak ada sebab apapun, Rasulullah
telah jatuh dengan mendadak sebagai orang pengsan. Tubuhnya gementar dan kedinginan bagaikan
orang ketakutan. Tetapi tidak berapa
minit, Beliau bangun dengan tegak lalu bersabda kepada Abu Bakar r.a. yang
senantiasa berada disisinya, yang ertinya :
“Gembiralah oleh mu hai Abu
Bakar. Telah datang pertolongan dari
Allah kepadamu. Ini Malaikat Jibril
sampai memegang kendari kuda yang ia tuntun atas kedua gigi sarinya
berdebu.”
Rasulullah memberi semangat kepada
tenteranya dengan sabdanya yang membawa maksud dan jaminan bahwa tentera Islam
yang turut serta diperang Badar dijamin masuk syurga. Mendengar ini, tentera Islam semakin
berkobar-kobar semangatnya. Ramai
pembesar-pembesar Quraisy yang terkorban dan pada akhirnya, mereka bubar dan
melarikan diri. 70 orang kaum Quraisy
terbunuh dan 70 yang lain tertawan.
Manakala tentera Islam pula hanya 14 yang syahid (6 dari Muhajirin dan 8
dari Anshar). Tentera Islam mendapat
kemenangan dari sebab keteguhan dan ketabahan hati mereka. Bangkai-bangkai tentera musyrikin dilempar
dan dikuburkan didalam sebuah perigi/sumur di Badar.
Kemenangan ini disambut dengan riang
gembira oleh orang yang tidak mengikut peperangan, yaitu kaum perempuan,
kanak-kanak dan beberapa orang lelaki yang diberi tugas mengawal Madinah dalam
masa pemergian tentera Islam ke Badar itu.
Di Madinah pula, Rasulullah
memikirkan bagaimana cara yang patut dilakukan keatas orang tawanan
perang. Rasulullah juga berpesan pada
orang ramai supaya bersikap baik dan belas kasihan kepada orang tawanan.
Sehingga ada kaum muslimin yang memberikan satu-satunya roti yang ada kepada
orang tawanan. Sehingga orang tawanan
merasa segan dengan kebaikan yang ditunjukkan. Rasulullah kemudian berbincang
dengan orang Islam tentang nasib tawanan Badar.
Ada yang menyatakan dibunuh saja kerana mereka telah engkar dengan Allah
dan mengusir kaum Muhajirin dari Makkah.
Ada pula yang lebih lembut hatinya dan disuruh lepaskan saja dengan
harapan mudah-mudahan mereka akan insaf dan tertarik dengan Islam. Setelah lam berbincang, mereka akhirnya
mengambil keputusan untuk melepaskan mereka dengan mengenakan tebusan sekadar
yang sepatutnya mengikut keadaan masing-masing.
Setinggi empat ribu dirham dan serendah satu ribu dirham. Bagi yang miskin tetapi ada pengetahuan
membaca dan menulis dikehendaki supaya mengajar sepuluh orang kanak-kanak
Islam. Mereka semua dibebaskan apabila
tebusan telha dibayar atau kanak-kanak itu telah pandai.
Hikmah didalam peperangan Badar
Peperangan Badar ini amat besar
ertinya bagi agama Islam. Andaikata
tentera Islam kalah dalam peperangan ini maka tamatlah riwayat orang-orang
Islam malah agama Islam itu sendiri. Kemenangan ini juga menguatkan lagi kedudukan
Islam di Madinah dan menambahkan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang
benar. Mereka telh mula disegani dan
ditakuti oleh kabilah-kabilah Arab lain dan digeruni oleh orang Yahudi dan
Munafiqin Madinah. Sebaliknya pengaruh
orang Quraisy Makkah mula lemah dan merosot.
Orang yang ditawan oleh tenters Islam pula, apabila mereka balike ke
Makkah setelah dilepaskan telah menceritakan kepada sahabat-sahabat dan
keluarga tentang kebaikan orang Islam.
Cerita ini dengan tidak secar langsung telah member pertolongan yang
besar kepada perkembangan agama Islam di Makkah. Mereka yang selalunya menerima layanan buruk
dari orang Quraisy secara diam telha berhijrah ke Madinah dan memeluk agama
Islam. Dengan ini tentera Islam
bertambah dar masa ke masa. Perang Badar
telah memperkuatkan lagi kepercayaan orang Islam kepada nabi Muhammad S.A.W.
dan ajaran Islam. Mereka sanggup
berkorban jiwa untuk kepentingan Baginda dan agama Islam
Kesimpulan
Pengajaran dari peperangan ini
menunjukkan bahwa kaum Quraisy tidak bersatu padu. Ini terbukti apabila ada beberapa puak yang
menarik diri sebelum perang terjadi.
Dengan ini sebagai orang Islam kita harus bersatu demi untuk mencapai
kemenangan.
Kaum Quraisy terlalu yakin yang
mereka akan berjaya memusnahkan Islam yang memang sedikit dari jumlah tetapi
tidak dari semangat. Mereka tidak dapat
mengalah tentera Islam kerana semangat tentera Islam begitu kukuh kerana
Rasulullah telah berjaya menjalin silaturrahim yang kuat sesama Islam. Nabi Muhammad S.A.W adalah pentabdir yang
berkaliber dan pintar mengendalikan tektik peperangan. Orang Islam mempunyai pegangan ia itu berjaya
didunia atau mati syahid.